Minggu, 04 Mei 2014

HARI PENDIDIKAN NASIONAL





Sejarah Hari Pendidikan Nasional 2 Mei. Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai jasa pahlawannya, itulah slogan yang sering kita dengar di republik tercinta ini. Pahlawan merupakan sosok yang sangat berarti bagi perkembangan Negara Kesatuan Republik Indonesia, sebut saja pahlawan kemerdekaan yang telah berjuang dengan darah, air mata, jiwa, raga serta nyawa hingga kita bisa menghirup udara kemerdekaan seperti sekarang ini. Tanpa jasa mereka yang telah berjuang merebut serta mempertahankan kemerdekaan entah seperti apa negara kita saat ini.
Pahlawan tidak selalu identik dengan mengangkat senjata dan berperang meski sebagian besar penafsiran menyatakan bahwa pahlawan adalah orang yang berjasa membela negara melalui medan perang. Namun sesungguhnya siapa saja yang telah berjasa membawa bangsa ini menuju kemajuan baik dibidang sosial, budaya, teknologi, kesehatan, pendidikan dan lain-lain yang kesemuanya bertujuan untuk meningkatkan kesejahteraan rakyat Indonesia maka patut kiranya kita beri julukan sebagai pahlawan.

Salah seorang yang berjasa memajukan pendidikan di Indonesia adalah Ki Hajar Dewantara. Ia lahir di Yogyakarta pada 2 Mei 1889 dan diberi nama Raden Mas Soewardi Soeryaningrat yang berasal dari keluarga di lingkungan kraton Yogyakarta.  
Saat usianya genap 40 tahun ia berganti nama menjadi Ki Hadjar Dewantara. Sejak saat itu Ki Hajar Dewantara tak lagi menggunakan gelar kebangsawanan Raden Mas di depan namanya, hal ini bertujuan agar ia bisa bebas dekat dengan kehidupan rakyat tanpa dibatasi oleh ningrat dan darah biru kehidupan keraton.
Ki Hadjar Dewantara menamatkan Sekolah Dasar di ELS (Sekolah Dasar Belanda), kemudian melanjutkan ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera) namun karena sakit ia tidak sampai tamat. Ia kemudian menjadi wartawan di beberapa surat kabar diantaranya Sedyotomo, Midden Java, De Express, Oetoesan Hindia,  Kaoem Moeda,  Tjahaja Timoer dan  Poesara.  Tulisan-tulisan Ki Hadjar Dewantara pada surat kabar tersebut sangat komunikatif dan tajam sehingga mampu membangkitkan semangat patriotik dan antikolonial bagi rakyat Indonesia saat itu.
Di usia yang masih terbilang muda disamping kesibukannya sebagai seorang wartawan Ki Hadjar Dewantara juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Ia aktif melakukan propaganda pada organisasi Boedi Oetomo tahun 1908 untuk mensosialisasikan serta menggugah betapa pentingnya persatuan dan kesatuan berbangsa dan bernegara kepada masyarakat Indonesia. Pada 25 Desember 1912 bersama Douwes Dekker (Dr. Danudirdja Setyabudhi) dan dr. Cipto Mangoenkoesoemo mendirikan Indische Partij (partai politik pertama yang beraliran nasionalisme Indonesia) yang bertujuan mencapai kemerdekaan Indonesia.
Karya-karya Ki Hajar Dewantara yang menjadi landasan dalam mengembangkan pendidikan di Indonesia diantara adalah kalimat-kalimat filosofis seperti "Ing ngarso sung tulodo, Ing madyo mangun karso, Tut wuri hadayani" yang artinya "Di depan memberi teladan, di tengah memberi bimbingan, di belakang memberi dorongan" menjadi slogan pendidikan yang digunakan hingga saat ini.

Ki Hajar Dewantara pernah menulis kritikan terhadap perayaan seratus tahun bebasnya Negeri Belanda dari penjajahan Perancis dibulan November 1913 dimana biaya perayaan tersebut ditarik dari uang rakyat Indonesia dan dirayakan ditengah-tengah penderitaan rakyat yang masih dijajah. Akibat kritikan tersebut ia dibuang ke Pulau Bangka oleh Gubernur Jendral Idenburg tanpa melalui proses pengadilan. Namun dua orang sahabatnya yaitu Douwes Dekker dan Cipto Mangoenkoesoemo membelanya melalui tulisan sehingga hukuman tersebut diganti menjadi dibuang ke negeri Belanda. 

Sekembalinya dari Belanda pada 3 Juli 1922, Ki Hajar Dewantara mendirikan sebuah perguruan bercorak nasional yang bernama Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Dari sinilah lahir konsep pendidikan nasional hingga Indonesia merdeka. 

Ki Hajar Dewantara diangkat menjadi Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan Pengajaran Indonesia dalam  kabinet pertama Republik Indonesia. Ia juga mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari Universitas Gadjah Mada pada tahun 1957.  

Atas jasanya dalam merintis pendidikan umum di Indonesia, Ki Hajar Dewantara dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan berdasarkan Surat Keputusan Presiden RI No. 305 tahun 1959 tertanggal 28 November 1959, hari kelahiran Ki Hajar Dewantar yaitu tanggal 2 Mei ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional.

Dua tahun setelah mendapat gelar Doctor Honoris Causa, tepatnya pada tanggal 28 April 1959  Ki Hadjar Dewantara meninggal dunia di Yogyakarta. Semoga jasanya dalam mencerdaskan kehidupan bangsa selalu dicatat sebagai amal ibadah yang terus mengalir.

Rabu, 30 April 2014

Artikel Tentang Pramuka

Sejarah Pramuka

Dalam sejarah pramuka dunia, bapak pramuka di mulai dari Lord Robert Baden Powell yang dijuluki sebagai bapak pramuka sedunia ini, pada tanggal 25 Juli 1907 mengadakan sebuah perkemahan pramuka di pulau Brown Sea, Inggris. Kemudian seiring berjalannya, Baden Powell pada tahun 1908 lalu menuls buku tentang dasar kepramukaan berjudul “Scouting for Boys” yang berarti pramuka untuk laki-laki.
sejarah pramuka Kepramukaan untuk wanita kemudian di tulis pada tahun 1912 oleh adik Baden Powell sendiri yang bernama Agnes dengan membentuk organisasi pramuka “Girls Guides“, yang kemudian dilanjutkan oleh istri Baden Powell. Pada tahun-tahun selanjutnya, didirikan pramuka siaga, bernama “Cub” dengan pedoman buku yang dibuat berjudul  “The Jungle Book”. Dan seterusnya, hingga pramuka di kenal luas di seluru dunia sampai pada Indonesia.
Sejarah Pramuka Indonesia pertama kali di bawa oleh pemerintah Belanda yang kala it masih menjajah Indonesia. Di Belanda sendiri, pramuka dinamai Padvinder yang kemudian didirikan organisasi tersebut di Indonesia dengan nama NIPV (Nederland Indische Padvinders Vereeniging, yang artinya Persatuan Pandu-Pandu Hindia Belanda). Dari sini, lalu lahir organisasi-organisasi yang bertujuan untuk pergerakan nasional JJP (Jong Java Padvindery) yang kemudian melarang setiap organisasi “Padvinder” di Indonesia.
Cikal bakal pramuka di Indonesia sangat terasa setelah sumpah pemuda yang kemudian membentuk organisasi-organisasi kepanduan untuk pergerakan nasional yang menjadi sejarah pramuka Indonesia. Pada masa pendudukan Jepang, organsasi ini sangat dilarang namun setelah proklamasi kemerdekaan organisasi kepanduan ini berubah diresmikan menjadi “Pandu Rakyat Indonesia”.

Sejarah Pramuka

Sejarah pramuka Indonesia, kemudian mengantarkan keberadaannya sampai sekarang yang diperingati setiap tanggal 14 Agustus. Pramuka diperkenalkan pada seluruh Indonesia pada tanggal 14 Agustus 1961 dengan pawai besar yang sebelumnya telah melantik Mapinas, Kwarnas, dan Kwarnari oleh presiden.
Pada tahun 1920 adalah tahun yang penting untuk sejarah pramuka dunia, karena diadakan sebuah kegiatan pramuka yang dinamakan Jambore untuk pertama kalinya di dunia. Kemudian diadakan pembentukan Dewan Internasional pramuka yang beranggotakan 9 orang biro dan biro pusat di London. Pada biro pramuka putra, memiliki 5 kantor wilayah yaitu  Costa Rica, Mesir, Filipina, Swiss, dan Nigeria.Kemudian di Amerika Latin, Arab, Asia Pasifik, dan Eropa yang kemudian menjadi pusat sekretariat putri.

Selasa, 29 April 2014

Artikel Tentang Pendidikan : Informasi Tentang Artikel Tentang Pendidikan

Salah satu aspek yang menentukan kemajuan dari suatu negara adalah tingkat pendidikan warga negaranya. Di negara Indonesia masalah pendidikan menjadi satu masalah yang belum bisa teratasi sampai saat ini. Hampir separuh lebih dari seluruh warga negara Indonesia hanya lulus jenjang SD dan SMP. Sedangkan sisanya telah lulus SMA dan sedikit sekali yang lulus perguruan tinggi. Semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang maka akan semakin besar pula kesempatan untuk diterima di suatu lembaga atau instansi. Kurangnya sosialisasi pendidikan juga menjadi penyebab kebanyakan warga indonesia kurang memahami pentingnya pendidikan di era Globalisasi saat ini.
Selain itu, sikap primitif yang sudah membudaya di negara Indonesia juga menjadi salah satu penyebabnya. Sikap-sikap primitif tersebut, seperti kebiasaan perempuan tidak disekolahkan dengan alasan nantinya hanya akan menjadi ibu rumah tangga, kebiasaan mementingkan uang dari pada pendidikan, serta masih banyak lagi yang lainnya. Sudah jelas sekali di dalam semua agama, seperti islam memerintahkan seluruh umatnya untuk menuntut ilmu setinggi-tingginya, namun mungkin semua itu hanya dijadikan omong kosong belaka.
Artikel Tentang Pendidikan
Artikel Tentang Pendidikan
Pendidikan dilaksanakan dengan tujuan untuk membentuk karakteristik seseorang agar menjadi lebih baik. Melalui jalur pendidikan foormal, warga negara juga diharapkan dapat memiliki kecerdasan dan mengerti nilai-nilai baik dan buruk agar dapat dipergunakan nantinya. Tidak ada batasan umur, kasta. atau waktu bagi seseorang untuk memperoleh pendidikan. Pendidikan menjadi hak asasi bagi semua manusia mulai dari lahir sampai akhirnya meninggal. Hak asasi tersebut tidak boleh diktentang karena merupakan pemberian dari Tuhan Yang Maha Esa. Selain pendidikan formal, pendidikan juga dapat dilakukan melalui lingkungan keluarga dan lingkungan masyarakat. Pendidikan ini disebut sebagai pendidikan Nonformal. Pendidikan ini sangat penting dibandingkan dengan pendidikan formal karena semua yang diterima dari pendidikan formal dapat diaplikasikan langsung ke kehidupan nyata. Selain itu pendidikan nonformal juga menjadi faktor terpenting untuk pembentukan jiwa dan sikap dari seseorang. Jika pendidikan di dalam keluarga sangat baik tentu akan membuat seseorang menjadi lebih semangat untuk menuntut pendidikan formal. Pendidikan formal dibagi menjadi 3 jenjang pendidikan, yakni jenjang pendidikan dasar, jenjang pendidikan menengah, serta jenjang pendidikan perguruan tinggi.
Jenjang pendidikan dasar adalah SD dan SMP, jenjang pendidikan menengah adalah SMA,SMK,MA dan jenjang perguran tinggi adalah D3,S1,S2,S3. Pemerintah Indonesia saat ini tengah mengampanyekan prinsip wajub belajar 9 tahun atau wajib lulus jenjang pendidikan dasar. Hal ini diharapkan agar taraf pendidikan dari semua warga negara semakin tahun dapat terus meningkat. Pandidikan memiliki beberapa fungsi penting, fungsi-fungsi tersebut antara lain :
  • Melestarikan nilai-nilai dan kebudayaan di suatu negara
  • Mempersiapkan seseorang agar siap mencari nafkah untuk kelangsungan hidupnya kelak
  • Dap mengembangkan bakat dan minat seseorang yang diharapkan dapat memberi kepuasan terhadap diri sendiri maupun untuk masyarakat
  • Menanamkan beberapa ketrampilan yang nantinya dapat digunakan untuk berpartisispasi dalam demokrasi
  • Mengurangi pendidikan yang dilakukan oleh orang tua. Dengan adanya sekolah diharapkan agar orang tua dapat melimpahakan segala wewenang kepada sekolah untuk mendidik anak demi kenbaikan sang anak kelak
  • Mampu menyelaraskan kasta sosial yang ada di masyarakat. Sekolah diharapkan dapat menyelaraskan perbedaan kasta yang ada di masyarakat sehingga seolah tidak ada perbedaan kasta di sekolah dan semua siswanya diperlakukan sama.
  • Dapat mengajarkan nilai-nilai positif kepada seseorang agar kepribadian seseorang bisa menjadi lebih baik
Dengan meningkatnya sumber daya manusia (SDM) diharapkan dapat menjadi modal bagi seseorang untuk meningkatkan taraf hidupnya menjadi lebih baik lagi dengan jalan bekerja di dalam suatu instansi atau berwirausaha. Selain itu jika masyarakat di suatu negara terjerumus dalam jurang kebodohan, maka akan berakibat angka kemiskinan yang semakin lama semakin naik serta kemajuan dari suatu negara akan mendapat hambatan bahkan mungkin dapat dijajah oleh bangsa lain secara mudah. Jika suatu bangsa sudah dijajah oleh bangsa lain maka penindasan yang akan terjadi dan kemakmuran akan menjadi satu hal yang tidak mungkin didapatkan oleh negara jajahan tersebut

HARI KARTINI

Sejarah Hari Kartini


Raden Adjeng Kartini atau sebenarnya lebih tepat disebut Raden Ayu Kartini, (lahir di Jepara, Jawa Tengah, 21 April 1879 – meninggal di Rembang, Jawa Tengah, 17 September 1904 pada umur 25 tahun) adalah seorang tokoh Jawa dan Pahlawan Nasional Indonesia. Kartini dikenal sebagai pelopor kebangkitan perempuan pribumi. Raden Adjeng Kartini adalah seseorang dari kalangan priyayi atau kelas bangsawan Jawa, putri Raden Mas Adipati Ario Sosroningrat, bupati Jepara. Ia adalah putri dari istri pertama, tetapi bukan istri utama. Ibunya bernama M.A. Ngasirah, putri dari Nyai Haji Siti Aminah dan Kyai Haji Madirono, seorang guru agama di Telukawur, Jepara.
Ayah Kartini pada mulanya adalah seorang wedana di Mayong. Peraturan kolonial waktu itu mengharuskan seorang bupati beristerikan seorang bangsawan. Karena M.A. Ngasirah bukanlah bangsawan tinggi, maka ayahnya menikah lagi dengan Raden Adjeng Woerjan (Moerjam), keturunan langsung Raja Madura. Setelah perkawinan itu, maka ayah Kartini diangkat menjadi bupati di Jepara menggantikan kedudukan ayah kandung R.A. Woerjan, R.A.A. Tjitrowikromo.
Kartini adalah anak ke-5 dari 11 bersaudara kandung dan tiri. Dari kesemua saudara sekandung, Kartini adalah anak perempuan tertua. Kakeknya, Pangeran Ario Tjondronegoro IV, diangkat bupati dalam usia 25 tahun. Kakak Kartini, Sosrokartono, adalah seorang yang pintar dalam bidang bahasa. Sampai usia 12 tahun, Kartini diperbolehkan bersekolah di ELS (Europese Lagere School). Di sini antara lain Kartini belajar bahasa Belanda. Tetapi setelah usia 12 tahun, ia harus tinggal di rumah karena sudah bisa dipingit.
Karena Kartini bisa berbahasa Belanda, maka di rumah ia mulai belajar sendiri dan menulis surat kepada teman-teman korespondensi yang berasal dari Belanda. Salah satunya adalah Rosa Abendanon yang banyak mendukungnya. Dari buku-buku, koran, dan majalah Eropa, Kartini tertarik pada kemajuan berpikir perempuan Eropa. Timbul keinginannya untuk memajukan perempuan pribumi, karena ia melihat bahwa perempuan pribumi berada pada status sosial yang rendah.
Habis Gelap Terbitlah Terang
Kartini banyak membaca surat kabar Semarang De Locomotief yang diasuh Pieter Brooshooft, ia juga menerima leestrommel (paket majalah yang diedarkan toko buku kepada langganan). Di antaranya terdapat majalah kebudayaan dan ilmu pengetahuan yang cukup berat, juga ada majalah wanita Belanda De Hollandsche Lelie. Kartini pun kemudian beberapa kali mengirimkan tulisannya dan dimuat di De Hollandsche Lelie. Dari surat-suratnya tampak Kartini membaca apa saja dengan penuh perhatian, sambil membuat catatan-catatan. Kadang-kadang Kartini menyebut salah satu karangan atau mengutip beberapa kalimat.
Perhatiannya tidak hanya semata-mata soal emansipasi wanita, tapi juga masalah sosial umum. Kartini melihat perjuangan wanita agar memperoleh kebebasan, otonomi dan persamaan hukum sebagai bagian dari gerakan yang lebih luas. Di antara buku yang dibaca Kartini sebelum berumur 20, terdapat judul Max Havelaar dan Surat-Surat Cinta karya Multatuli, yang pada November 1901 sudah dibacanya dua kali. Lalu De Stille Kraacht (Kekuatan Gaib) karya Louis Coperus. Kemudian karya Van Eeden yang bermutu tinggi, karya Augusta de Witt yang sedang-sedang saja, roman-feminis karya Nyonya Goekoop de-Jong Van Beek dan sebuah roman anti-perang karangan Berta Von Suttner, Die Waffen Nieder (Letakkan Senjata). Semuanya berbahasa Belanda.
Kartini & Suami
Oleh orangtuanya, Kartini disuruh menikah dengan bupati Rembang, K.R.M. Adipati Ario Singgih Djojo Adhiningrat, yang sudah pernah memiliki tiga istri. Kartini menikah pada tanggal 12 November 1903. Suaminya mengerti keinginan Kartini dan Kartini diberi kebebasan dan didukung mendirikan sekolah wanita di sebelah timur pintu gerbang kompleks kantor kabupaten Rembang, atau di sebuah bangunan yang kini digunakan sebagai Gedung Pramuka. Anak pertama dan sekaligus terakhirnya, RM Soesalit, lahir pada tanggal 13 September 1904. Beberapa hari kemudian, 17 September 1904, Kartini meninggal pada usia 25 tahun. Kartini dimakamkan di Desa Bulu, Kecamatan Bulu, Rembang
Kartini2
Presiden Soekarno mengeluarkan Keputusan Presiden Republik Indonesia No.108 Tahun 1964, tanggal 2 Mei 1964, yang menetapkan Kartini sebagai Pahlawan Kemerdekaan Nasional sekaligus menetapkan hari lahir Kartini, tanggal 21 April, untuk diperingati setiap tahun sebagai hari besar yang kemudian dikenal sebagai Hari Kartini.